Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965) Gugur Dianiaya G-30-S/PKI Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan

C © updated 18062007
► e-ti/mabesad
Nama: Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo Lahir: Kebumen, 23 Agustus 1922 Gugur: Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 Agama: Islam Tanda Penghormatan: Pahlawan Revolusi Pendidikan: - HIS di Semarang - AMS tahun 1942 di Semarang - Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta. Karir: - Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo - Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946) - Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949) - Komandan Batalyon I CPM (1950) - Danyon V CPM (1951) - Kepala Staf MBPM (1954) - Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol (1955-1956) - Asisten ATMIL di London (1956) - Pendidikan Kursus "C" Seskoad (1960) - 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD dan tahun 1964 naik pangkat menjadi Brigjen
Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965)

Gugur Dianiaya G-30-S/PKI

Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi. Mantan IRKEHAD kelahiran Kebumen, 23 Agustus 1922, ini gugur di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 sebagai korban dalam peristiwa Gerakan 30 September/PKI. Ayahanda Letjen TNI Agus Widjojo ini dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Sutoyo Siswomiharjo mengecap pendidikan HIS dan AMS di Semarang. Kemudian melanjutkan pendidikannya di Balai Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta. Sebelum menjadi tentara, Sutoyo bertugas sebagai Pegawai Menengah/III di Kabupaten Purworejo.

Tugas sebagai seorang Militer dimulai saat perjuangan kemerdekaan 1945. Sutoyo menjabat Kepala Organisasi Resimen II PT (Polisi Tentara) Purworejo dengan pangkat Kapten (1946). Kemudian menjadi Kepala Staf CPMD Yogyakarta (1948-1949). Pada tahun 1950 Mayor Sutoyo menjabat sebagai Komandan Batalyon I CPM dan tahun 1951 Danyon V CPM.

Lalu pada tahun 1954 menjabat sebagai Kepala Staf MBPM hingga akhir tahun 1954. Mulai tahun 1955 sebagai Pamen diperbantukan SUAD I dengan pangkat Letkol hingga tahun 1956. Sejak tahun ini diangkat menjadi Asisten ATMIL di London. Setelah kembali di tanah air dan selesai mengikuti pendidikan Kursus "C" Seskoad tahun 1960. Pada tahun 1961 naik pangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD. Pada tahun 1964 dinaikan pangkatnya menjadi Brigjen.

Menjelang pemberontakan G 30 S/PKI yang ternyata menculik dan membunuhnya, Pak Toyo, panggilan akrabnya, mengalami beberapa hal yang dirasakan kurang enak seperti udara yang panas walaupun ruang ber AC. Namun di tengah perasaan kurang enak itu, dia memerintahkan untuk membuat rencana peringatan Hari ABRI 5 Oktober 1965 secara cermat kepada ajudannya.

Firasat itu ternyata terbukti tanggal 1 Oktober jam 04.00 Brigjen TNI Sutoyo diculik dan dibunuh oleh gerombolan G 30 S/PKI. Adapun gerombolan yang bertugas menculik Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dipimpin oleh Serma Surono dari Men Cakrabirawa dengan kekuatan 1 (satu) peleton. Dengan todongan bayonet, mereka menanyakan kepada pembantu rumah untuk menyerahkan kunci pintu yang menuju kamar tengah. Setelah pintu dibuka oleh Brigjen TNI Sutoyo, maka pratu Suyadi dan Praka Sumardi masuk ke dalam rumah, mereka mengatakan bahwa Brigjen TNI Sutoyo dipanggil oleh Presiden.

Kedua orang itu membawa Brigjen TNI Sutoyo ke luar rumah sampai pintu pekarangan diserahkan pada Serda Sudibyo. Dengan diapit oleh Serda Sudibyo dan Pratu Sumardi, Brigjen TNI Sutoyo berjalan keluar pekarangan meninggalkan tempat untuk selanjutnya dibawa menuju Lubang Buaya, gugur dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan oleh gerombolan G 30 S/PKI. (Sumber: Mabesad)

Selanjutnya

p[angeran diponegoro

► e-ti/depdiknas
Nama: Pangeran Diponegoro Nama Kecil: Raden Mas Ontowiryo Lahir: Yogyakarta, 11 Nopember 1785 Meninggal: Ujungpandang, 8 Januari 1855 Ayah: Sutan Hamengku Buwono III Tanda Kehormatan: Pahlawan Nasional
Pangeran Diponegoro (1785-1855)

Pejuang Berhati Bersih

Dilahirkan dari keluarga Kesultanan Yogyakarta, memiliki jiwa kepemimpinan dan kepahlawanan. Hatinya yang bersih dan sebagai seorang pangeran akhirnya menuntunnya menjadi seorang yang harus tampil di depan guna membela kehormatan keluarga, kerajaan, rakyat dan bangsanya dari penjajahan Belanda.

Namun resiko dari kebersihan hatinya, ia ditangkap oleh Belanda dengan cara licik, rekayasa perundingan. Namun walaupun begitu, beliau tidak akan pernah menyesal karena beliau wafat dengan hati yang tenang, tidak berhutang pada bangsanya, rakyatnya, keluarganya, terutama pada dirinya sendiri. Kejujuran, kesederhanaan, kerendahan hati, kebersihan hati, kepemimpinan, kepahlawanan, itulah barangkali sedikit sifat yang tertangkap bila menelusuri perjalanan perjuangan Pahlawan kita yang lahir di Yogyakarta tanggal 11 November 1785, ini. Pangeran Diponegoro yang bernama asli Raden Mas Ontowiryo, ini menunjukkan kesederhanaan atau kerendahan hatinya itu ketika menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengku Buwono III untuk mengangkatnya menjadi raja. Beliau menolak mengingat bunda yang melahirkannya bukanlah permaisuri. Bagi orang-orang yang tamak akan kedudukan, penolakan itu pasti sangat disayangkan. Sebab bagi orang tamak, jangankan diberi, bila perlu merampas pun dilakukan. Melihat penolakan ini, sangat jelas sifat tamak tidak ada sedikitpun pada Pangeran ini. Yang ada hanyalah hati yang bersih. Beliau tidak mau menerima apa yang menurut beliau bukan haknya. Itulah sifat yang dipertunjukkannya dalam penolakan terhadap tawaran ayahnya tersebut. Namun sebaliknya, beliau juga akan memperjuangkan sampai mati apa yang menurut beliau menjadi haknya. Sifatnya ini jelas terlihat jika memperhatikan sikap beliau ketika melihat perlakuan Belanda di Yogyakarta sekitar tahun 1920. Hatinya semakin tidak bisa menerima ketika melihat campur tangan Belanda yang semakin besar dalam persoalan kerajaan Yogyakarta. Berbagai peraturan tata tertib yang dibuat oleh Pemerintah Belanda menurutnya sangat merendahkan martabat raja-raja Jawa. Sikap ini juga sangat jelas memperlihatkan sifat kepemimpinan dan kepahlawanan beliau. Sebagaimana diketahui bahwa Belanda pada setiap kesempatan selalu menggunakan politik ‘memecah-belah’-nya. Di Yogyakarta sendiri pun, Pangeran Diponegoro melihat, bahwa para bangsawan di sana sering di adu domba Belanda. Ketika kedua bangsawan yang diadu-domba saling mencurigai, tanah-tanah kerajaan pun semakin banyak diambil oleh Belanda untuk perkebunan pengusaha-pengusaha dari negeri kincir angin itu. Melihat keadaan demikian, Pangeran Diponegoro menunjukkan sikap tidak senang dan memutuskan meninggalkan keraton untuk seterusnya menetap di Tegalrejo. Melihat sikapnya yang demikian, Belanda malah menuduhnya menyiapkan pemberontakan. Sehingga pada tanggal 20 Juni 1825, Belanda melakukan penyerangan ke Tegalrejo. Dengan demikian Perang Diponegoro pun telah dimulai. Dalam perang di Tegalrejo ini, Pangeran dan pasukannya terpaksa mundur, dan selajutnya mulai membangun pertahanan baru di Selarong. Perang dilakukan secara bergerilya dimana pasukan sering berpindah-pindah untuk menjaga agar pasukannya sulit dihancurkan pihak Belanda. Taktik perang gerilya ini pada tahun-tahun pertama membuat pasukannya unggul dan banyak menyulitkan pihak Belanda. Namun setelah Belanda mengganti siasat dengan membangun benteng-benteng di daerah yang sudah dikuasai, akhirnya pergerakan pasukan Diponegoro pun tidak bisa lagi sebebas sebelumnya. Disamping itu, pihak Belanda pun selalu membujuk tokoh-tokoh yang mengadakan perlawanan agar menghentikan perang. Akhirnya, terhitung sejak tahun 1829 perlawanan dari rakyat pun semakin berkurang. Belanda yang sesekali masih mendapatkan perlawanan dari pasukan Diponegoro, dengan berbagai cara terus berupaya untuk menangkap pangeran. Bahkan sayembara pun dipergunaan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro. Diponegoro sendiri tidak pernah mau menyerah sekalipun kekuatannya semakin melemah. Karena berbagai cara yang dilakukan oleh Belanda tidak pernah berhasil, maka permainan licik dan kotor pun dilakukan. Diponegoro diundang ke Magelang untuk berunding, dengan jaminan kalau tidak ada pun kesepakatan, Diponegoro boleh kembali ke tempatnya dengan aman. Diponegoro yang jujur dan berhati bersih, percaya atas niat baik yang diusulkan Belanda tersebut. Apa lacur, undangan perundingan tersebut rupanya sudah menjadi rencana busuk untuk menangkap pangeran ini. Dalam perundingan di Magelang tanggal 28 Maret 1830, beliau ditangkap dan dibuang ke Menado yang dikemudian hari dipindahkan lagi ke Ujungpandang. Setelah kurang lebih 25 tahun ditahan di Benteng Rotterdam, Ujungpandang, akhirnya pada tanggal 8 Januari 1855 beliau meninggal. Jenazahnya pun dimakamkan di sana. Beliau wafat sebagai pahlawan bangsa yang tidak pernah mau menyerah pada kejaliman manusia

Selanjutnya

Sang Proklamator

Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond. Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta. Masa Studi di Negeri Belanda Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi pada akhir tahun 1925. Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik. Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul "Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen"--Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif. Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa. PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda. Hampir setiap kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi. Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional. Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu. Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi "Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan" di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan). Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka. Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932. Kembali ke Tanah Air Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya. Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul "Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30 Nopember 1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933). Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”. Masa Pembuangan Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari. Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, "Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan" dan "Alam Pikiran Yunani." (empat jilid). Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain. Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta. Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944. Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali." Proklamasi Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa. Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti. Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh. Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal. Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda. Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum. Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata. Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana. Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden. Periode Tahun 1950-1956 Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971). Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya. Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”. Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”. Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis "Demokrasi Kita" dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu. Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus. Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek. Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara. Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
Selanjutnya

Manusia besar dan manusia kecil

Manusia Besar dan Manusia Kecil?? Dalam dunia ini, terdapat dua jenis manusia yaitu : manusia besar dan manusia kecil. Ada manusia yang hidupnya penuh dengan kemewahan, namun nama mereka tidak pernah tercatat didalam lembar sejarah peradaban dunia ini karena mereka tidak pernah menghasilkan satu karya apapun untuk perkembangan peradaban ini. Ada atau tidaknya mereka tidak ada artinya bagi kemajuan peradaban manusia. Inilah yang dimaksud dengan manusia kecil. Namun di belahan bumi lainnya, ada pula manusia yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan, namun nama mereka tercatat dilembar sejarah peradaban dunia karena karya-karyanya yang sangat berharga untuk perkembangan peradaban manusia ini. 

Walaupun raganya telah mati, namun karyanya terus hidup bersemayam didalam kehidupan generasi-generasi setelahnya. Inilah yang dimaksud dengan manusia besar. Hal ini senada dengan yang dikatakan Sayyid Quthb, seorang pemikir besar Islam di era-1940 an, bahwa “Siapa yang hidup bagi dirinya, akan hidup sebagai manusia kecil dan mati sebagai manusia kecil. Siapa yang hidup bagi yang lain, maka ia akan hidup sebagai orang besar dan tak akan mati selamanya” Mari kita tinggalkan saja bagaimana rupa dan peran manusia-manusia kecil itu. Marilah kita berfokus pada lembaran-lembaran karya manusia-manusia besar saja..
 
Memang begitulah buku sejarah peradaban manusia. Pena-nya hanya bisa mencatat orang-orang yang mampu membawa perubahan besar untuk dunia ini. Sederet nama seperti Nabi Muhammad, Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Muhammad Yunus, Nelson Mandela dan tokoh-tokoh besar lainnya telah tercatat didalam beberapa lembaran sejarah peradaban itu. Mereka sebenarnya sama dengan manusia-manusia kebanyakan, namun yang menjadikannya berbeda adalah kemauan mereka mendahulukan kepentingan orang banyak diatas kepentingan mereka sendiri. Mereka sadar bahwa ketika mereka memutuskan untuk menjadi manusia besar, mereka harus siap untuk kadang dicemoh orang sekitar karena pemikiran mereka yang sianggap paradoks dengan status quo didalam komunitasnya.
Nabi Muhammad dicemooh kaum mekah karena risalah suci yang dibawanya, Albert Einstein hampir dianggap idiot oleh ilmuwan-ilmuwan karena sejarah masa kecilnya, Thomas Alva Edison diejek karena penemuan-penemuannya yang belum berhasil saat itu, Muhammad Yunus giat berjuang keras membangun konsep Grameen Bank-nya saat dunia masih menutup mata dan telinga, Nelson Mandela yang memperjuangkan hak-hak rakyat kulit hitamnya terhadap kaum putih yang menjajah negerinya, dan kisah-kisah besar lainnya yang mewarnai kisah awal seorang manusia besar. Pada fase ini, para calon manusia besar diuji keyakinan dan keteguhan hatinya untuk memberikan kontribusi nyatanya untuk peradaban dunia. Mereka harus memberikan sebuah paradigma baru pada komunitas sekitarnya agar terjadi transendensi pola pikir yang baru yang loyal terhadap dirinya. Tidak sedikit calon manusia besar harus gugur di fase pertama ini karena keadaan sekitar telah mengalahkan keteguhan jiwanya. Namun tidak sedikit juga banyak calon manusia besar lainnya mengulang-ulang kembali fase ini, seperti apa yang dialami Abraham Lincoln ketika dia berjuang menjadi orang nomor satu di negerinya.

Pada fase selanjutnya, calon manusia besar memiliki komunitas kecil untuk mendukung perjuangannya. Komunitas ini bertugas untuk memperjuangkan ide mereka agar penyebarannya meluas. Saat inilah transformasi masyarakat akan dimulai. Salah jika dikatakan, bahwa transformasi dilakukan oleh sejumlah besar orang, tetapi yang benar adalah transformasi selalu dimulai dari sejumlah kecil orang saja. Begitu pula hal yang terjadi pada tokoh-tokoh besar tadi. Nabi Muhammad telah mendapatkan komunitas kecil untuk membantu penyebaran risalahnya, Albert Einstein mulai membentuk komunitas ilmuwan kecil yang loyal kepadanya untuk membantu teori relativitasnya, Thomas Alva Edison bersama sahabat-sahabatnya mulai memasarkan barang temuan mereka hingga mendapatkan ribuan paten, Muhammad Iqbal bersama koleganya yang berhasil mendapatkan nobel perdamaian dan membuka perhatian dunia pada konsep Graamen Bank yang berhasil dilakukan di Bangladesh, serta Nelson Mandela yang menjadi orang terdepan kaum ras kulit hitam yang memperjuangkan hak-hak mereka di Afrika Selatan.

Pada fase ini, komunitas ini akan terlihat asing oleh orang kebanyakan akibat hal baru yang dibawakannya. Namun dari sinilah akumulasi kepercayaan masyarakat terbentuk karena ide dari calon manusia besar tadi mulai terbukti. Lambat-laun ide dari calon manusia besar ini akan diterima seutuhnya dengan mudah oleh komunitasnya. Mereka telah percaya bahwa manusia besar itu benar-benar memiliki sebuah keluhuran untuk mereka semua. Dan sejak itulah calon manusia besar telah berhasil mendapatkan ”gelar” sebagai manusia besar.

Berkaca pada problematika umat dunia saat ini, kehadiran manusia-manusia besar sangat dibutuhkan sebagai solusi atas problematika itu sendiri. Mulai dari problem keekonomian hingga problem kepemimpinan, kita semua butuh orang-orang besar. Mereka sangat dirindukan oleh umat manusia untuk menuliskan ide pada lembaran peradaban umat manusia. Setiap zaman pasti memiliki tantangan, namun bersamaan dengan itu pula akan lahir manusia-manusia besar yang akan menjawab tantangan itu dan menjadi pahlawan dizamannya.

Sumber : http://al-rasyid.blog.undip.ac.id
Selanjutnya

Menambah tingi badan


Seorang gadis berusia 19 tahun mengeluhkan tinggi badannya yang "cuma" 150 cm. Dirinya ingin lebih tinggi lagi, setidaknya 160 cm, karena dia ingin bekerja di sebuah instansi yang menuntut tinggi badan tertentu sebagai syarat untuk memasukinya.

Tinggi badan 150 cm untuk usia 19 tahun memang agak kurang, tapi cukup banyak juga wanita Indonesia dengan tinggi sekian. Tinggi ini masih dapat diharapkan untuk bertambah, apalagi pada usia tersebut.

GenetikSatu hal yang perlu dipahami terlebih dahulu bahwa tinggi badan sangat ditentukan oleh gen. Hasil penelitian terkini (seperti dilansir AFP tanggal 2 september 2007) menyebutkan bahwa terdapat gen yang menentukan tinggi-pendeknya seseorang.

Gen itu dinamakan HMGA2. Perubahan sebuah "huruf" dasar di kode genetik HMGA2 yakni sebuah C (disingkat dengan Cytosine) akan mempengaruhi tinggi badan seseorang. Seseorang yang hanya mendapatkan C dari salah satu orang tuanya akan lebih tinggi setengah sentimeter dari yang hanya memiliki T (disingkat dari Thymin). Begitu pula, bila seseorang memiliki C ganda akan membuat mereka lebih tinggi satu sentimeter dari yang memiliki T ganda.
Masih ada lagi gen-gen yang berkaitan dengan tinggi badan. HMGA2 hanya menjelaskan 0,3 persen dari keberagaman tinggi manusia.

Untuk itulah saya sebelumnya berpesan, syukurilah apa yang Tuhan berikan, karena itu lebih baik daripada Anda menyesalinya. Masih banyak potensi lain yang ada pada diri Anda yang bisa Anda kembangkan sehingga menjadikan Anda sebagai manusia yang unggul.

Pun begitu, tidak ada salahnya Anda mencoba tips-tips di bawah ini.

NutrisiIbarat membangun sebuah rumah, Anda tentu membutuhkan bahan bangunan. Begitu juga dengan tubuh, membutuhkan nutrisi yang cukup supaya dapat tumbuh dengan optimal.
Tinggi badan menunjukkan kualitas gizi orang tersebut saat masa kanak-kanak dulu. Jika kualitas gizi orang itu kurang pada masa kanak-kanak dulu, orang tersebut cenderung pendek pada masa dewasanya, dan sebaliknya. Bukan bermaksud sombong, saat kanak-kanak hingga umur 5 tahun saya rutin mengkonsumsi susu dan tinggi badan saya sekarang 187 cm!

Sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein dan kalsium untuk membantu pertumbuhan tulang.

OlahragaDianjurkan untuk melakukan olah raga yang memberikan beban pada tulang panjang kaki, misalnya atletik, lari santai, lompat tali (skipping), basket, badminton dan olahraga lain yang sejenis. Dengan cara tersebut, tulang dirangsang tumbuh sedikit lagi karena hentakan berat badan. Renang bisa juga menambah tinggi badan seseorang, namun ada juga yang menyangkalnya dengan alasan bahwa berenang hanya membentuk badan supaya lebih proporsional sehingga tubuh kelihatan lebih tinggi, padahal tinggi masih tetap sama.

Alternatif LainAda juga suplemen maupun produk lain di pasaran yang menjanjikan penambahan tinggi badan secara instan (misalnya dengan meluruskan tulang belakang), tapi saya tidak menganjurkan hal tersebut karena saya memang belum memiliki data ilmiah mengenai produk tersebut, terutama mengenai tingkat keberhasilan dan keamanannya.

sumber : http://eharmayaku.blogspot.com
Selanjutnya

Hidup Sehat Ala Islam

Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. :“Mohonllah kepada Allah pngampunan, kesehatan dan keyakinan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kepada seseorang setelah keyakinan (Iman) yang lebih baik daripada kesehatan.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Bakar, sahih sanadnya dari Ibnu Abbas)
Sebagaimana seseorang yang ingin pandai tentu saja harus belajar dan berusaha mengenal prinsip prinsip hidup sehat setelah itu melaksanakannya dan inilah beberapa petunjuk Agama yang berhubungan dengan kesehatan:

MAKANAN
1. Makan jangan Berlebihan
Dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf: 31 Allah SWT. Berfirman: yang artinya ...”Makan danminumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. 7:31).
Dan dalam surat Thaha ayat 81, Allah SWT. berfirman yang artinya : “Makanlah di antara rizqi yang baik yang telah kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” (QS. 20:81), Dalam ilmu kesehatan, makan dan minum merupakan kebutuhan dalam pemenuhan nutrisi sebagai penunjang hidup, yang jumlah dan macamnya harus sesuai dengan keperluan tubuh, tidak boleh kekurangan dan tidak boleh berlebihan. Yang bila kekurangan atau berlebihan akan menggangu kesehatan tubuh.
Sehubungan dengan ini Nabi SAW. telah bersabda : “Tidaklah seseorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih buruk daripada perutnya, Cukuplah bagi anakmanusia beberapa makanan yang dapat menegakkan tulang rusuknya, jika memang harus makan banyak maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Tirmidzi: 2302, nasai dari Inbu Majah)


2. Makan Makanan yang Sehat
Allah SWT. Berfirman yang artinya: ” Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizqikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. (QS. 5:88) dengan memenuhi makan yangmemenuhi unsur gizi ini lagi baik (thayyib) diharapkan tubuh berada dalam keadaan yang optimal sehingga daya tahan tubuh akan bekerja secara maksimal dalam menolak segala macam penyakit.



3. Di Samping itu pula NAbi SAW. menganjurkan agar mendinginkan makanan atau minuman sebelum dimakan atau diminum
Dengan sabdanya : “Dinginkan makanan dan minuman kamu sesungguhnya tidak ada kebaikan pada makanan/minuman yang panas.” (HR. Al-hakim dan Ad-Dailami). Mendinginkannya tidak dengan ditiup dengan nafas karena ini juga dilarang oleh NAbi SAW. (HR Ibnu Majah)
Dalam bidang Gastroenterologi diketahui bahwa makanan yang panas dapat menyebabkan permukaan pada selaput lendir saluran cerna yang menyebabkan rasa sakit, perih, rasa panas, kembung, rasa penuh, mual, rasa seperti diiris Dll.


4. Tidak minum Alkohol dan apa saja yang merusak tubuh
Allah SWT. Berfirman: “Mereka bertanya tentang khamar dan judi, katakanlah, pada keduanya ad bahaya yang besar dan pula manfaatnya pada manusia, dan bahyanya lebih besar darimanfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219). ada ayat lain dikatakan juga oleh Allah SWT. : “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan Syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. 5:10)

KEBERSIHAN
Nabi SAW. bersabda: “Bersihkan halaman-halaman karena Yahudi tidak memebersihkan halaman-halaman mereka.” (HR. Thabrani, lihat silsilah Shahihah: 1/418, no. 263)
Nabi SAW. Bersabda: “Sesungguhnya Allah Indah, menyukai keindahan, bersih, menyukai kebersihan, Mulia, menyukai kemuliaan dan Dermawan menyukai kedermawanan, maka bersihkanlah halaman-halaman mud an janganlah meniru orang-orang yahudi.” (hr. Tirmidzi : 2723, dhaif) Dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman yang artinya: “Dan diturunkan padamu air dari langit (hujan) untuk alat pembersih dirimu. (QS. Al-anfal:11)

Diriwayatkan dari para sahabat, bahwa mereka tidak pernah melihat noda atau kotoran pada baju Nabi SAW. Walaupun beliau menyukai pakaian atau baju berwarna putih. Juga mereka tidak pernah mencium bau tidak sedap dari diri Nabi SAW. Beliau tidak senang melihat salah seoarang sahabat yang rambutnya tidak terurus rapi apabila menghadap beliau, dan memerintahkan untuk mencuci dan menyisir rambut terlebih dahulu apabila ingin menghadap beliau.
Demikian juga NAbi SAW. Memerintahkan para sahabat/umatnya untuk bersiwak/memberihkan gigi tiap akan shalat, dan memotong kuku tiap Jum’at dan mencukur rambut ketiak dan rambut aurat minimal sekali dalam setiap 40 (empat puluh) hari. Ini mencerminkan betapa besar perhatian beliau terhadap masalah kebersihan perseorangan. Selanjutnya NAbi SAW. Menganjurkan para sahabatnya agar memberi tutup pada tempat makan dan minumnya. (HR. Ahmad)
Untuk lebih jelasnya silakan merujuk kitab Subul al-Huda wa al-Rasyad Fi Sirah Khairil Ibad, karya Imam Muhammad ibn Yusuf al-Shalihi al-Syami (w. 942.H), tahqiq wa ta’liq Syaikh Adil Ahmad Ahmad Abdul Maujud dan Syaikh Ali Muhammad Mu’awwidh, di sana ada bab-bab mengenai perjalanan Rasulullah mengenai kesehatan dan kedokteran.

OLAH RAGA
Olah raga berguna untuk kesehatan. Oleh karenanya, dengan berolah raga yang teratur, terukur dan bersifat aerobic akan memberikan banyak manfarat. Antara lain mencegah kegemukan dengan segala dampak negatifnya, menguatkan dan lebih mengefisienkan kinerja otot-otot tubuh, seperti otot jantung, otot pernafasan dan otot-otot rangka tubuh, dan lebih melancarka aliran darah ke dalam sel-sel tubuh, dan pembuangan bahan-bahan sisa dari sel-sel tubuh menjadi lebih baik.

Nabi SAW. Suka berolah raga. Diriwayatkan oleh Siti Aisyah, bahwa beliau suka mengajak Siti Aisyah berlomba lari sejak Siti Aisyah masih belia sampai tua. Diriwayatkan pula bahwa Nabi SAW. Suka berjalan kaki walaupun kuda dan unta tersedia untuk beliau. Diriwayatkan pula, bahwa cara nabi berjalan, yaitu seperti jalannya orang yang menuruni bukit, yaitu berjalan cepat. Demikian pula Nabi SAW. Pernah mewajibkan para orang tua untuk mengajarkan renang dan memanah kepada putra putrinya (HR. Al-hakim). Lari cepat dan renang merupakan jenis olah raga aerobic yang dianjurakan saat ini oleh para pakar kesehatan olah raga untuk menjaga kebugaran.
Oleh para ahli, alkohol dapat menimbulkan kerusakan pada seluruh bagian tubuh manusia, seperti system syaraf, pembuluh darah, jantung, hati dan saluran cerna dan lain-lain.

Sumber : www.SuaraMedia.com
Selanjutnya
 
Template designed using TrixTGTemplate Linux Brothers, Criado Por: Katatempla.